What if the boys could feel the struggle of adolescent girls’ puberty periods: having the whole of their body physically change so much, especially the growth of the breasts that feels so hurt for them at that age range, the period of age when the boys even haven’t got their own puberty. Oh, don’t forget about the freakin' painfully terrifying first time of menstruation that is so much psychologically affected them.
What if the guys could feel the extremely full-of-emotions and amazing time called pregnancy. Those times when they got their whole life have been altered totally, not only do their parts of the body but the freakin' whole life; the food they eat, the clothes they wear, the places they go, the activities, and the other significant things that bump them into the sleepless nights, pains, emotional instabilities... guess I don’t have to write them all since I haven’t experienced it and it’s freakin’ me out now. Then, What if the guys experienced those situations where they got street harassment, being catcalled, sexually intimidated with certain sounds and comments in public places or even in their own workplace, impolitely got touched on some improper spots, got raped, then dramatically blamed by the society because of the very holy-smart-conceptualized-raped culture. If only the guys could be in these positions once in their lifetime, would they appreciate the women as if they view their mother, or at least respect them humanly just as it freakin' should be? Would they STOP sexually harass the women? SO, WILL YOU? #stopsexualharassment #sexualharassment #iamosirita #30haribercerita #30hbc19jika #30hbc1912 @30haribercerita
0 Comments
Sebuah ucapan selamat datangMenjadi berbeda tidak salah, yang salah adalah ketika kita selalu merasa paling benar dan menyalahkan yang beda.
Bila saya percaya bahwa kopi lebih menenangkan dibanding teh, belum tentu saya hanya minum kopi dan tidak pernah mencicipi teh sekalipun seumur hidup saya. Jika hari ini saya belum bisa makan enak, bukan berarti saya harus menyalahkan mereka yang bisa makan enak. Kalau sahabat saya lebih suka putih daripada hitam yang sangat saya senangi, tentu saya tidak harus membenci putih dan merasa paling bijaksana. Salah satu cara bertahan yang paling mudah, adalah dengan menyalahkan. Tapi tentu itu tidak akan membuat kita makin kuat, bukan? Terus-terusan mencari celah untuk menjatuhkan yang lain, justru bakal jadi penyakit membahayakan. Hari ini, sepertinya sering sekali kita dengan konyol membuat-buat kelemahan yang lain hanya karena mereka berbeda pilihan. Sekali kopi, mesti kopi lagi selanjutnya. Sekali enak, harus enak seterusnya. Sekali hitam, wajib hitam selamanya. Lantas apa-apa yang berhubungan dengan itu, akan selamanya dianggap benar, sekalipun kadang bisa keliru, tentu saja. Sedangkan yang berkaitan dengan keadaan sebaliknya, segalanya akan ditafsirkan salah, meskipun tidak jarang, benar juga. Ironi, itulah kita. 2019 memang akan semakin ramai dengan bahasan perbedaan, tapi semoga kita bisa menanggapinya dengan lebih waras. Karena beda itu coba, bukan petaka. Maka bagaimana caranya kita bisa lolos dari coba, tidak hancur akibat petaka. Jadi, dapatlah kita ke kedai kopi besok atau lusa. Minum kopi atau non-kopi, terserah saja. Pasti bisa kita diskusikan perbedaan yang ada dengan pendekatan yang lebih sederhana. Akhirnya, mari ucapkan selamat datang untuk 2019 dengan bahagia! Note: Tulisan ini di dipost pertama kali di akun Instagram saya http://instagram.com/retmiardilla/ untuk #30haribercerita #30hbc1901 bersama @30haribercerita |
AuthorRetmi Ardilla Archives
April 2019
Categories |